Rahasiaku

Ceritaku berawal dari tahun 2000 ketika aku berkuliah di Universitas Swasta terkemuka di kota “S”. Usiaku saat itu adalah 20 tahun, tapi aku belum mempunyai pacar. Bukan berarti aku tidak laku tapi aku bingung memilih pilihan yang tepat untukku. Semula aku mengontrak sebuah rumah dengan teman-teman sedaerahku, tapi setelah beberapa bulan aku tidak mengalami kecocokan dengan mereka, sehingga aku putuskan untuk mencari kos. Dengan bantuan beberapa teman yang naksir aku, aku mendapatkan kos dengan cepat dan sesuai dengan keinginanku.
Aku merasa betah di kosku yang baru, disamping ada kamar mandi dan dapur di dalam, Ibu Kosnya juga amat baik, di tempat kosku hanya ada dua orang yang kos disitu, seorang pramugari dan aku sendiri. Tempat itu seperti rumah sendiri, karena aku mendapat kebebasan untuk memanfaatkan semua fasilitas di tempat tersebut. Hal ini terjadi karena Ibu Kosku tidak mempunyai anak, dan suaminya seorang pedagang yang sering bepergian keluar kota, sedangkan penghuni kos lainnya sering tidak ada di tempat kos karena seorang pramugari yang sering keluar negeri. Sehingga di tempat tersebut hanya ada aku dan Ibu Kos, Ibu Kosku bernama Tante Maria. Menurut ceritanya ia berusia 45 tahun, walaupun begitu ia terlihat masih anggun dengan sedikit kerutan diwajahnya yang dimakan usia. Ia masih sering melakukan senam kebugaran untuk menjaga otot-ototnya, karena ia sudah mengalami obesitas dan perutnya sudah membuncit, sehingga ia rajin melakukan senam setiap pagi.
Menurutku ia begitu baik padaku, aku sering dibuatkan makanan yang enak-enak dan kebetulan sekali aku dapat mengirit keuanganku. Kami sering menonton TV bersama, bahkan ia sering memuji kecantikanku. Katanya aku mirip sekali dengan Shanen Doherti yang sering ia tonton dalam film berjudul “Charmed” tentang keluarga penyihir. Aku sangat tersanjung dengan pujiannya tetapi lama kelamaam ada suatu keanehan yang kurasakan ketika ia mulai memuji keindahan tubuhku ketika aku memakai baju ketat atau hanya memakai tank top saja. Ia juga sering memandangi tubuhku ketika aku memakai baju santai di rumah. Sering aku merasa diperhatikan ketika aku makan bersama dengannya atau menonton TV bersama dengannya.
Karena aku mulai risih aku mencoba berani bertanya walau aku juga merasa sungkan untuk melakukannya. Ketika itu aku memakai baju senamku yang baru kubeli, aku sengaja untuk memancingnya. Baju senam itu sangat sexy untukku, aku sengaja memakainya tanpa tambahan busana apapun sehingga terlihat lekuk-lekuk tubuhku. Ketika ia melihatku aku sungguh terkejut karena ia memandangku seperti pandangan seorang pria kepada wanitanya. Matanya menjelajah seluruh tubuhku, saat itulah aku ada keberanian untuk bertanya,
“Tante, mengapa memandangiku seperti itu!”
Pertanyaan itu membuatnya kaget, ia pura-pura mengerjakan sesuatu dan seolah tak mendengarkanku. Aku berjalan ke depannya dan sekali lagi ia melihatku dengan terpesona. Tapi kali ini ia mengatakan sesuatu bahwa aku sangat cantik sekali, dan ia sangat kagum dengan kecantikan dan keindahan tubuhku. Saat itu aku merasakan darahku mengumpul semua di kepalaku, entah malu atau risih, aku pun tak tahu. Ketika aku masih terbengong ia berdiri dan menghampiriku sehingga jarak kami sangat dekat sekali. Wajahnya sudah berada hanya beberapa centi di depanku. Tante Maria menatapku, matanya menusuk kedalam jiwaku, kurasakan getaran keibuan dalam matanya. Dan ia berkata,
“Rus, aku membutuhkanmu, aku sangat menginginkanmu.”
Kakiku terasa lemah dan bergetar karena aku tak pernah merasakan hal itu dari teman-teman priaku yang mencoba merayuku.
“Tante, mengapa berkata demikian,” kucoba sepatah kata untuk menutupi kelemahanku.
Tetapi Tante Maria berbalik bertanya,
“Maukah menjadi orang yang kucintai.”
Aku lemas dan tak berdaya aku seperti patung dan tak ada sepatah katapun yang sanggup kukeluarkan. Kurasakan bibirnya menyentuh bibirku. Aku diam saja ketika lidahnya mulai masuk ke dalam mulutku. Kurasakan tangannya yang lembut menyentuh dan membelai diriku. Tante Maria mulai mendekapku dengan caranya yang profesional. Aku merasakan sensasi yang aneh dalam diriku, karena aku memang belum pernah dicium oleh siapapun atau belum pernah bercinta.
Saat itu aku berada dalam dekapan wanita yang jauh lebih tua dariku dan lalu bibirnya mulai menari di bibirku, aku memberontak walau tak terlalu kuat pemberontakanku. Kucoba melepaskan bibirnya dari bibirku, tapi ia semakin mendekapku, mencengkeramku, dan lidahnya makin liar memainkan lidahku, hingga aku sesak dan tak bisa bernapas. Kucoba mendorongnya tapi tangannya makin merajalela meremas semua tubuhku yang sintal, dan akhirnya aku berhenti memberontak. Kucoba merasakan sensasi luar biasa ini, kupejamkan mataku. Entah mengapa keberanianku muncul untuk mencoba hal yang baru. Aku mulai membalas pagutan bibirnya, kuikuti kemana arah lidahnya menari, dan akhirnya aku mulai belajar darinya. Tangannya menjelajah di seluruh tubuhku, dengan baju senam yang kukenakan. Tangan Tante Maria sangat mudah mencapai tempat-tempat sensitifku, aku mulai terbawa dalam kehangatannya.
Aku sandarkan tanganku di bahunya agar aku tidak terjatuh, dan ia mulai meremas-remas kedua daging kenyal dadaku. Aku sangat kelabakan ternyata ia begitu bernafsu, pantatku juga diremas-remas olehnya, aku seperti mainan boneka barunya.
Entah mengapa aku pasrah dan menyerahkan tubuhku padanya, mungkin didukung oleh suasana malam sehabis hujan, dan kesunyian dirumah itu. Lidahnya mulai menciumi leherku yang jenjang, tangan-tanganya berusaha membuka pakaian senam yang aku pakai. Kurasakan pakaian senamku dibuka dengan sangat paksa, hingga kurasakan dingin disekujur tubuhku. Aku tak kuasa menahan beban tubuhku sendiri, ketika lidahnya mulai menari-nari di dadaku. Aku terjatuh tetapi dengan kelihaian Tante Maria aku ditopangnya, kedua tangannya memegang punggungku, sehingga aku mendongakkan wajahku ke belakang membentuk setengah lingkaran. Sehingga dengan leluasa giginya mencabik Bra-ku dengan mudah, dan setelah itu dingin udara malam dan kenikmatan kurasakan ketika lidahnya memilin putingku yang sudah menegang.
“Oh.. Tante, oh.. Tante,” hanya kata-kata itulah yang kuucapkan berkali-kali sembari mendesah nikmat, sedangkan Tante Maria menikmati tubuhku seperti gula-gula. Sedangkan tangannya asyik bereksplorasi menjelajah daerah sensitifku, dan ia sangat mahir membuat kejutan-kejutan yang membangkitkan libidoku.
Tiba-tiba Bel berbunyi berkali-kali, sempat Tante Maria berhenti. Aku sempat merasa kesal tetapi juga terselamatkan. Tiba-tiba ia berkata,
“Sayang, apa yang ingin kaulakukan?” wajahnya menyemburatkan pengertian berbagai arti, aku berdiri.
“Tante, sebaiknya melihat ke depan, seandainya itu teman priaku katakan aku pergi entah kemana”, dan ia setuju lalu merapikan rambutnya yang acak-acakan dan menuju kamar tamu.
Gairahku masih menyala tapi entah aku ingin menyudahinya. Lalu aku menuju kekamarku, aku sedikit merasa jijik memandangiku di cermin. Tapi sepertinya aku tak ingin melewatkan pengalaman ini dengannya. Aku kekamar mandi untuk membersihkan tubuhku, entah mengapa gairahku menurun lagi.
Aku seperti malu sendiri, lalu kututup dan kukunci pintu kamar mandi. Kusiram seluruh tubuhku dengan air dingin yang menyegarkan. Masih terasa lidahnya yang menari-nari di payudaraku yang berukuran 34C ini. Selesai mandi kulilitkan handuk di tubuhku, kudengar diluar ada sebuah percakapan antara Tante Maria dan seorang pria. Kukenakan bajuku dan aku keluar, seorang pria berambut putih dan sedikit berwibawa, Tante Maria memperkenalkan aku pada pria tersebut,
“Daniel ini anak kos baru namanya Rus, ia kuliah di sini.”
“Ehm ya semoga kerasan ya disini, anggap saja rumah sendiri, aku suami Ibu Kosmu, yah silahkan istirahat,” kata Pria itu yang bernama Daniel.
Aku segera bergegas ke kamarku. Aku masih teriang-iang peristiwa tadi bersama Tante Maria, kini ia dengan suaminya. Tapi sepertinya aku sangat lega suaminya datang tapi aku juga sedikit kesal. Aku mencoba untuk menutup mataku walau rasanya belum mengantuk.
Jam dua malam aku terbangun dan terasa kering sekali di tenggerokanku. Aku kedapur luar mengambil air dingin dari kulkas yang letaknya tak jauh dari kamarku. Suasana sangat sepi “Mungkin mereka sudah tertidur dari tadi” pikirku. Aku meminum air dingin dan terasa kelegaan menyelimuti, dan aku kembali kekamar. Ketika aku menutup pintu kamar betapa terkejutnya aku,
tiba-tiba dari belakang tangan-tangan halus mencengkeramku dan menarik tubuhku ke dalam pelukan seorang wanita.
“Rus, aku sangat mencintaimu, maukah kau menemaniku malam ini,” suaranya sangat merdu dan lembut di telingaku.
“Tante Maria, kau mengagetkanku saja, bagaimana kau..” belum selesai aku bicara ia memotong pembicaraanku dan berkata,
“Aku menyelinap keluar dan masuk kamarmu ketika pintu kamarmu terbuka, aku ingin menemanimu malam ini, aku ingin dekat denganmu malam ini, Rus sayang.”
Pada saat itu juga lidahnya menjilati telingaku dari belakang, aku sedikit geli tapi aku membiarkannya. Ia mulai membuka daster tipis yang menutupi tubuhku secara perlahan-lahan, semula aku tahan agar ia tak membuka dasterku, tapi karena keahliannya. Ia menjilati tengkukku hingga aku tak berdaya, dan akhirnya aku pasrah dihadapannya. Lidahnya bergerilya di punggungku sambil membuka Dasterku. Kupandangi cermin yang besar di sampingku, kulihat aku dan seorang wanita tengah baya melakukan sesuatu yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Dalam hati aku berkata aku sudah menjadi seorang Lesbian, tapi tidak aku hanya ingin berexperimen dengannya, kataku dalam hatiku.
Malam itu begitu sunyi, hanya suara jangkrik dan desahan nafasku yang tak tak tertahankan dari gempuran nafsu Tante Maria, ia menjilati pantatku, menyusuri pahaku yang indah dan berisi, lidahnya tak henti-hentinya berputar-putar, membuatku lemas dan tak berdaya.
“Tante, aku tak tahan berdiri”
Aku menjatuhkan tubuhku, dan Tante Maria menangkapku walau ia sudah tua tapi ia cukup kuat menggendongku dengan berat badanku yang hanya 45 kg ini menuju ke kasur kenikmatannya.
Ia membaringkanku, dengan sikap pasrah kurentangkan kedua tanganku diatas kepalaku, Tante Maria tersenyum senang, dan ia membuka dasternya sendiri. Payudara sudah sedikit keriput dan bergelambir, perutnya sedikit membuncit. Lalu ia membelai rambutku, membelai wajahku dengan sangat manja, seraya berkata,
“Aku bersyukur, sayang, aku sangat bahagia malam ini, sayang”
Aku terdiam dan membalas senyumnya. Ia mencium bibirku dengan dasyat pada saat yang cepat. Tante Maria menindihku, memagut bibirku, kurasakan hangat tubuhnya berpacu dengan birahinya. Aku lebarkan selangkanganku dan kedua kakiku melilit tubuhnya. Aku pun membalas ciuman bibirnya, kami berciuman gaya prancis dengan memasukan lidah masing-masing kedalam mulut.
Lalu bibirnya mulai berpetualang ke leherku, lalu memutar-mutar di kedua puting payudaraku yang sudah menegang. Walau udara saat itu dingin karena AC di ruangan, tapi kurasakan keringat yang membasahi kami sangat banyak.
“Oh.. yah.., ba..gus..”
Birahiku mulai berkobar lagi, terlebih ketika lidahnya mulai meluncur ke pusar dan liang pussyku. Tangannya memilin kedua putingku, benar-benar pengalaman yang luar biasa, entah bagaimana rasanya aku seperti ingin pipis tapi tak bisa. Lidahnya memainkan klitorisku, dan mengacak-ngacak seluruh bulu kemaluanku, semua ototku menegang, dan aku mengerang kencang. Sepertinya Tante Maria tak peduli dengan eranganku ia bahkan semakin membabi buta memainkan lidahnya. Akhirnya kurasakan cairan keluar dari pussyku, tapi lidahnya tak berhenti disitu saja, pahaku dan seluruh kaki yang jenjang juga dimakannya.
Lalu ia berdiri di atas kasur berjalan mendekati wajahku dan menyodorkan payudaranya yang sudah berkeriput, tapi aku mengulumnya juga dan tangannya tak henti-hentinya bermain di klitorisku. Aku juga ingin sedasyat ia walaupun aku masih canggung untuk melakukan ini-itu. Tapi birahiku berkata lain aku mulai menjilati seluruh tubuhnya juga dan ia juga menjilati tubuhku. Tubuh kami saling terkunci, hingga kemudia kami. berada pada posisi 69.
Kurasakan klitorisnya sangat aneh bagiku, tapi karena keahliannya aku tak peduli kami saling memuaskan nafsu birahi kami, yang kudengar hanya erangan suara kecipak air yang membasahi masing masing ***** kami, dan aku kaget ketika cairan itu keluar. Semula jijik tapi aku sudah dilingkupi birahi yang memuncak, sehingga aku nikmati semuanya, dan akhirnya aku mencapai orgasme duluan. Lalu aku lemas dan ia masih menjilati tubuhku, dalam keadaan lemas itu ia menindihku dan melakukan tribadisme yaitu mengesek-gesekan seluruh tubuh ke tubuh lawan untuk mencapai kepuasan. Aku sedikit terpejam ketika ia melakukan itu, terasa hangat dan lelah aku tertidur hingga tak terasa matahari telah bersinar menembus kamar kami.
Kulihat Tante Maria masih terlelap, banyak bercak di sana sini. Aku amat lemas tulangku seperti patah-patah, tapi pengalaman tadi malam memang luar biasa, dan aku sadar ada suaminya di rumah ini. Aku cepat-cepat membangunkan Tante Maria, ketika Tante Maria sudah mulai membuka matanya maka kubisikan sebuah kata,
“Tante, kau hebat tadi malam, tapi ini sudah pagi hari dan suamimu sudah menunggumu.”
Tante Maria tidak segera bangun bahkan ia memelukku dan berkata,
“Suamiku kelelahan ia akan bangun kesiangan, jadi jangan khawatir.”
Ketika ia akan menciumku aku menolaknya dengan alasan aku harus masuk kuliah pagi ini, walau bagaimanapun Tante Maria memperlakukanku seperti kekasihnyanya. Kami makan berdua satu piring, dan saling menukarkan makan di bibir. Aku merasakan ia kekasihku walaupun aku sudah jauh melangkah tapi aku tetap menjaga diriku sebagai seorang gadis heteroseksual. Ada satu hal yang aku suka dari hubungan kami berdua, aku dapat melakukan dengan aman tanpa ada akibat kehamilan, dan rahasia kami akan terjaga selamanya.
Begitulah hubungan kami selanjutnya yaitu dengan membeli alat dildo yang kami beli dari internet dan kami melakukan setiap kami siap untuk melakukanya, dengan tanpa sepengetahuan suaminya. Terkadang di saat seusai makan malam, ketika mandi. Kekhawatiranku hanya aku takut berubah orientasi seksualku menjadi lesbian.
Entah bagaimana lalu aku memutuskan untuk meninggalkannya, mencari tempat kos yang baru atau memohon pengertiannya untuk tidak melakukannya lagi, tapi Tante Maria malah menangis dan memohon untuk tidak meninggalkannya selama aku masih kuliah, dan menjamin tidak akan mengganggunya. Entah mengapa aku menurut, dan ia memenuhi janjinya selama beberapa minggu kami tak bercinta lagi, hingga suatu saat dimana ada kejadian lain yang akan kami sampaikan dalam cerita selanjutnya.

0 comments:

Post a Comment

 
© 2015 Gado-Gado Crito | Blogger.com