teleponku di kantor berdering, operator memberitahu bahwa ada seorang wanita bernama Vivi ingin bicara denganku. Lantas aku minta disambungkan.
“Vir, Dino akan merayakan ulang tahun di villanya di Puncak hari Jumat lusa, loe dan Della musti dateng” kata Vivi meneleponku siang itu.
“Siapa aja yang diundang, banyak nggak, loe tunggu ya jangan diputus, gua telepon Della, kita ngomong bertiga” tanyaku. Aku hold Vivi dan kusambung Della dan kutekan tombol “conf” di pesawat telepon kantorku.
“Del, Dino ultah di villanya di puncak Jumat lusa, lu mau dateng nggak” kataku pada Della.
“Del, lu musti dateng, biar rame” kata Vivi menyela.
“Emangnya lu pikir gua srimulat, berani bayar gua berapa biar rame? Ehh.. Banyak cowoknya nggak?”
“Lu kan dateng sama Virano, masih mau cari cowok lagi, yang dateng paling banyak 20, cowoknya mungkin imbang, ceweknya yang lu kenal cuma gua doang” kata Vivi, aku hanya mendengarkan.
“Cari yang baru boleh dong.., Ya Vir.., berangkat jam berapa” Jawab Della menunjukkan bahwa sudah confirm.
“Gua nggak tahu villanya Dino” ujarku memancing.
“Gua mau ikut kalian, soalnya Dino berangkat pagi, beres-beres, gua baru landing jam 12, gimana kalau berangkat jam 5 sore?” tanya Vivi yang seorang pramugari.
“Kalau gitu ngumpul di apartemen gua aja, gua udah di sana jam 2″ kataku.
“Ok deh, sampai Jumat ya” kata Della.
“Aparteman lu dimana?” tanya Vivi.
“Siapa aja yang diundang, banyak nggak, loe tunggu ya jangan diputus, gua telepon Della, kita ngomong bertiga” tanyaku. Aku hold Vivi dan kusambung Della dan kutekan tombol “conf” di pesawat telepon kantorku.
“Del, Dino ultah di villanya di puncak Jumat lusa, lu mau dateng nggak” kataku pada Della.
“Del, lu musti dateng, biar rame” kata Vivi menyela.
“Emangnya lu pikir gua srimulat, berani bayar gua berapa biar rame? Ehh.. Banyak cowoknya nggak?”
“Lu kan dateng sama Virano, masih mau cari cowok lagi, yang dateng paling banyak 20, cowoknya mungkin imbang, ceweknya yang lu kenal cuma gua doang” kata Vivi, aku hanya mendengarkan.
“Cari yang baru boleh dong.., Ya Vir.., berangkat jam berapa” Jawab Della menunjukkan bahwa sudah confirm.
“Gua nggak tahu villanya Dino” ujarku memancing.
“Gua mau ikut kalian, soalnya Dino berangkat pagi, beres-beres, gua baru landing jam 12, gimana kalau berangkat jam 5 sore?” tanya Vivi yang seorang pramugari.
“Kalau gitu ngumpul di apartemen gua aja, gua udah di sana jam 2″ kataku.
“Ok deh, sampai Jumat ya” kata Della.
“Aparteman lu dimana?” tanya Vivi.
Jumat jam 2 aku sudah nongkrong di S (istilah apartemenku), sempat aku istirahat tidur-tiduran. Tiba tiba jam 2:30 bel berbunyi, lalu aku tekan tombol intercom dengan lobby, di layar terlihat Vivi sedang membawa travel bag. Aku tekan tombol open dan meminta Vivi naik ke lantai 17, kubuka pintu dan menunggu di depan lift. Tak lama Vivi keluar dari lift. Kubawa tasnya sambil kupersilakan Vivi masuk ke dalam. Masih dengan seragam pramugarinya, Vivi terlihat cantik dan anggun.
“Della belum datang? Mana dia?” tanya Vivi.
“Belum, lu telepon aja dia ke rumahnya” jawabku.
“Belum, lu telepon aja dia ke rumahnya” jawabku.
Kemudian Vivi menghubungi Della dan aku menyalakan komputerku untuk memeriksa pekerjaanku, sesaat kemudian..
“Della baru bisa berangkat jam setengah lima, katanya gua latihan aja dulu sama lu” kata Vivi sambil tertawa setelah menutup telepon dengan Della.
“Latihan apa? Wah.. Baru sampai sini jam enam dong, jalan kan macet jam segitu. Kalau gitu lu santai aja deh, gua periksa ini sebentar” jawabku sambil meneruskan pekerjaanku dengan komputer.
“Latihan apa? Wah.. Baru sampai sini jam enam dong, jalan kan macet jam segitu. Kalau gitu lu santai aja deh, gua periksa ini sebentar” jawabku sambil meneruskan pekerjaanku dengan komputer.
Setengah jam kemudian..
“Vir, di bawah ada gym kan, mau ke sana nggak, cari keringat sambil tunggu Della” kata Vivi.
“Boleh, bawa baju renang nggak, berenang aja sekalian” jawabku.
“Boleh, bawa baju renang nggak, berenang aja sekalian” jawabku.
Vivi, 28, 168/55/36C, memperlihatkan bentuk body yang sempurna, maklum sebagai seorang pramugari, Vivi harus menjaga penampilannya sebaik mungkin. Vivi masuk kamarku untuk berganti pakaian, lalu giliran aku. Kukenakan celana pendek stretch ketat tipis mirip yang biasa dipakai oleh pesenam, sehingga memperlihatkan tonjolan penisku dan kaus lengan buntung, lalu kukenakan celana pendek dan kemeja santai. Kubawa pula celana renang miniku.
Setiba di gym ada sekitar 4 pria dan 2 wanita sedang berolahraga pula. Kulepaskan kemeja dan celana pendekku dan mulai dengan tread mill bersebelahan dengan Vivi yang telah melepaskan jacket dan celana panjangnya. Dengan atasan tipis ketat tanpa lengan hanya sebatas dada dan belahan paha, celana senamnya naik ke atas pinggul model bikini, Vivi kelihatan sangat merangsang membuat darah di sekitar selangkanganku berdesir dan sedikit memasuki jaringan otot penisku yang mengakibatkan tonjolan penisku agak membesar. Vivi melirik ke arah penisku seakan ingin mengetahui sampai di mana ‘tingkat keberhasilannya’.
Saat treadmill sampai pada kecepatan cukup untuk lari di tempat, kulirik ke sebelahku. Vivi sedang berlari juga, terlihat buah dadanya berguncang naik turun mengikuti langkah larinya, penisku makin terisi, semakin terlihat menonjol, Vivi beberapa kali melirik penisku, kulirik kembali buah dadanya, sekarang terlihat tonjolan puting Vivi yang mengeras kaku tertekan pakaian senam yang ketat.
“Jadi siapa yang terangsang oleh siapa ya?” kataku pelan.
“tahu ah, gelap” kata Vivi sambil memperlambat tread millnya lalu berhenti.
“tahu ah, gelap” kata Vivi sambil memperlambat tread millnya lalu berhenti.
Kami meneruskan dengan latihan untuk membentuk otot-otot tubuh, ada sekitar 1 jam total kami di sana sambil mengobrol kesana kemari. Tempat itu telah sepi, lalu aku ajak Vivi untuk sauna. Sebenarnya sauna untuk wanita dan lelaki terpisah, tapi karena tidak ada orang, aku ajak Vivi untuk sauna bersama-sama. Kuambil 2 handuk dan masuk ke dalam. Kulepaskan seluruh pakaian sampai telanjang bulat, lalu duduk di bangku dan handuk kuletakkan di paha. Melihatku begitu, Vivi juga melepaskan seluruh pakaiannya dan duduk menyamping di sebelahku dengan handuk di paha sehingga buah dadanya yang berukuran 36C terlihat dengan jelas, apalagi setelah 12 menit, saat keringat mengucur membasahi tubuhnya sehingga terlihat semakin sexy. Tiba tiba Vivi menarik handukku.
“Curang, lu bisa liat dada gua, gua nggak bisa liat lu punya.. Kok kontol lu belum ngaceng sih?” kata Vivi sambil melihat ke bawah.
“Emang lu pikir gua ABG, liat cewe bugil jadi ngaceng, kalo gua ngaceng juga nggak bakal full” jawabku santai.
“Kalo mau liat kontol gua ngaceng, musti ada aktifitas, jangan bengong aja” lanjutku.
“Emang lu pikir gua ABG, liat cewe bugil jadi ngaceng, kalo gua ngaceng juga nggak bakal full” jawabku santai.
“Kalo mau liat kontol gua ngaceng, musti ada aktifitas, jangan bengong aja” lanjutku.
Vivi turun mendatangiku, tangannya meraih penisku dan mulai meremas dan mengelus ujung kepalanya, rasanya ngilu. Kepalanya mulai ditundukkan dan menyambar penisku masuk ke mulutnya. Seketika penisku mengeras dan membesar sempurna. Vivi agak terkejut dan membuka mulutnya selebar mungkin agar penisku dapat tetap berada di dalam mulutnya. Aku tarik penisku, dan aku bawa Vivi menghadap dinding dengan tangan memegang bangku sauna tersebut. Vivi mengerti mauku.
Langsung aku masukkan penisku ke dalam vagina Vivi, lancar tanpa halangan berarti karena baik penisku maupun vagina Vivi sudah kebanjiran keringat. Kukocok sedikit hingga Vivi mengerang, kudorong dan kuhentakan dalam-dalam, Vivi terhenyak dan mengerang keenakan, beberapa saat kemudian aku rasakan Vivi hampir orgasme, lalu aku cabut penisku.
“Viir.. Jangan dicabut doong.. Gua ampiir keluar niih..” teriak Vivi.
“Dilarang orgasme di dalam sauna, nanti menyerang jantung” kataku.
“Jahat lu ya.. Emangnya lu bisa nahan..” katanya cemberut.
“Kita terusin di jacuzzi atau di kolam saja yuk” kataku keluar dan Vivi mengikutiku keluar dengan telanjang bulat juga karena masih sepi.
“Dilarang orgasme di dalam sauna, nanti menyerang jantung” kataku.
“Jahat lu ya.. Emangnya lu bisa nahan..” katanya cemberut.
“Kita terusin di jacuzzi atau di kolam saja yuk” kataku keluar dan Vivi mengikutiku keluar dengan telanjang bulat juga karena masih sepi.
Pada dasarnya memang aku paling senang membuat wanita penasaran dengan cara membuat mereka tergantung dalam perjalanan menuju orgasme. Dapat terlihat ekspresi wajah sensual dan merangsang bagi siapa pun yang melihatnya. Ini adalah saranku untuk para juru foto bila ingin mendapat wajah sensual dan merangsang yang natural, buatlah mereka seperti yang baru aku lakukan pada Vivi, pasti akan didapat ekspresi wajah tidak dibuat-buat, malahan mereka dapat menjadi liar, seliar-liarnya.
Akhirnya kami memilih jacuzzi di luar namun agak memojok, sehingga agak sulit untuk orang yang tidak khusus ke tempat jacuzzi untuk melihat kami. Aku pakai celana boxer longgar dan Vivi memakai bikininya yang sangat mini, bawah model G-String dan atas hanya ada 7 cm kain yang menutupi buah dadanya sehingga dari depan atau pun dari samping buah dadanya terlihat jelas, demikian juga putingnya.
Di dalam jacuzzi kami duduk berdampingan, dan tak berapa lama, Vivi sudah memasukkan tangannya ke dalam celana boxerku. Penisku sudah menegang, lalu Vivi berbalik menghadap dan mendorong aku ke pinggir serta memerosotkan boxerku, tak lama Vivi menundukkan kepalanya dan masuk ke dalam air, terasa mulutnya mengulum penisku sambil menjilati ujung kepalanya. Rasanya enak juga penisku dihisap di dalam air, lalu kepala Vivi naik untuk mengambil nafas. Beberapa kali dilakukannya dan aku naik ke pinggiran sehingga Vivi bisa lebih leluasa.
“Hhmm.. Kontol.. Kontol.. Untung bener Della ya.. Hhmm..” katanya lalu didorongnya mulutnya kembali.
Penisku kembali memasuki mulutnya. Kupegang kepalanya serta kuberi tekanan sedikit agar dia memasukkan penisku dalam-dalam. Vivi mendorong ke bawah kepalanya mencoba memasukkan penisku, terasa ujung penisku sudah mengenai ujung dalam mulutnya hingga Vivi agak tersedak. Beberapa kali dicoba tapi masih tiga perempatnya yang bisa masuk. Akhirnya Vivi menyerah.
Kuangkat Vivi, kunaikkan badannya tengkurap di pinggiran lantai jacuzzi sehingga kakinya ada di air. Dengan posisi begini, aku berdiri di belakangnya, kugeser bikini pada bagian vaginanya dan mulai membelah vaginanya dengan lidahku dan mengaduk aduk vagina Vivi, tak lupa kadang-kadang lidahku mampir di anusnya yang merupakan kegemaranku. Vivi mendesah-desah, tidak berani berteriak karena takut kedengaran orang.
Lalu dia turun membelakangiku di tangga untuk masuk ke jacuzzi, segera kumasukkan penisku ke dalam vaginanya dan kukocok keluar masuk dengan keras dan menghentak. Aku ingin segera menyelesaikan permainan ini karena takut ada yang lewat. Kuhentakkan sedalam-dalamnya dengan keras, Vivi terhenyak setiap kali aku hentakkan penisku ke dalam vaginanya. Vivi mendesah-desah menahan teriakannya dan kira kira 5 menit kemudian..
“Viir.. Terus viir.. Ooch.. Gua keluar viirr..” desahnya.
Pantatnya terus digoyang merasakan orgasmenya, dan akhirnya kurasakan aku juga akan orgasme, penisku semakin mengeras dan berkedut. Tiba tiba Vivi berbalik, tangannya secepat kilat memegang saluran spermaku di bawah zakar dan menekan keras-keras, mulutnya langsung mengulum dan menjilati ujung penisku. Penisku berkedut-kedut pertanda orgasme, tapi tidak ada sperma yang keluar. Vivi berkonsentrasi menekannya sekitar 2 menit sampai penisku agak mengecil baru dilepaskannya.
“Spermanya disimpan dulu buat nanti” katanya. Hmm, kelas tersendiri buat Vivi pikirku.
Tak terasa mulai gelap, sudah Jam 6. Kami terburu-buru keluar, aku pakai boxerku yang basah saja, Vivi memakai bikininya, langsung masuk ke dalam lift yang berada dekat dengan gym itu. Resepsionis gym sampai bingung melihat kami, terutama Vivi yang 90% bugil. Kami naik ke atas dan masuk ke apartemenku, ternyata Della sudah ada di dalam. Della mempunyai 1 kartu akses lift dan kunci pintu apartemenku, karena sejak saat di cerita “Della Yang (Ternyata) Liar”, sering sekali kami berdua berada di apartemen itu mereguk kenikmatan dan mengumbar hawa nafsu birahi sexual kami, sehingga dengan mempunyai kunci sendiri akan memudahkan bagi Della untuk masuk.
“Gile lu ya, jadi satu ronde sudah selesai? Bagus nih bikininya” kata Della sambil meraba bikini Vivi yang merupakan alasan saja karena Della langsung meremas buah dada Vivi.
“Dell, gila lu ya, toket gua lu remas-remas, maunya Virano dong yang remas-remas” kata Vivi.
“Emang tadi belum?, ngapain aja tadi di bawah” tanya Della.
“Toketnya belum gua remas, baru vaginanya doang gua jilatin sama ngerasain kontol gua” kataku santai. Vivi membelalakkan matanya padaku.
“Anus lu ngerasain lidahnya nggak Vi..” tanya Della dengan santainya pada Vivi. Vivi tidak berani menjawab.
“Dikitlah cuma lewat” jawabku.
“Itu yang musti lu rasain Vi, justru di situ keahlian dia” kata Della menekankan.
“Udah.. Udah.. Ah, pusing gua liat lu berdua, mau berangkat nggak nih, mana lapar lagi” kata Vivi.
“Bukannya lu udah kenyang tadi di bawah?” tanya Della sambil tertawa.
“Bawah gua yang udah kenyang he he.. Tapi Virano punya masih lapar” kata Vivi mulai berani menimpali.
“Dell, gila lu ya, toket gua lu remas-remas, maunya Virano dong yang remas-remas” kata Vivi.
“Emang tadi belum?, ngapain aja tadi di bawah” tanya Della.
“Toketnya belum gua remas, baru vaginanya doang gua jilatin sama ngerasain kontol gua” kataku santai. Vivi membelalakkan matanya padaku.
“Anus lu ngerasain lidahnya nggak Vi..” tanya Della dengan santainya pada Vivi. Vivi tidak berani menjawab.
“Dikitlah cuma lewat” jawabku.
“Itu yang musti lu rasain Vi, justru di situ keahlian dia” kata Della menekankan.
“Udah.. Udah.. Ah, pusing gua liat lu berdua, mau berangkat nggak nih, mana lapar lagi” kata Vivi.
“Bukannya lu udah kenyang tadi di bawah?” tanya Della sambil tertawa.
“Bawah gua yang udah kenyang he he.. Tapi Virano punya masih lapar” kata Vivi mulai berani menimpali.
Akhirnya kami berangkat bertiga, memakai BMW Della, aku duduk di belakang sendirian. Della nyetir dan Vivi di sebelahnya. Kami tiba di Villa Dino yang tampak besar kira kira jam delapan dan sudah berkumpul sekitar 9 orang. Ada Dino, Alvin, Tito, Olan, Steve dan Henky. Wanitanya Maya, Ike dan Ira. Jadi dengan kami ada 12 orang, 7 pria, 5 wanita. Beberapa di antaranya pernah bertemu tapi tidak terlalu saling kenal.
Aku dan Della menempati kamar di lantai 2 di sebelah kamar Dino dan Vivi, ketiga wanita lain menempati 1 kamar di lantai 2 dan sisa cowok menempati 2 kamar di bawah. Kamarku tidak terlalu besar, berpenghangat ruangan, ada kamar mandi di dalam lengkap dengan air panas.
Setelah menurunkan barang dan istirahat sebentar, aku keluar dengan pakaian santai, demikian pula dengan yang lainnya. Makanan sudah disediakan dan kami makan bersama. Jam 11 Vivi mempersilakan kami semua untuk menuju ruang musik, suatu ruangan berukuran 8×8, lengkap dengan berbagai sound system, sebuah layar putih di atas perangkat sound system dengan proyektor tergantung di tengah ruangan yang kedap suara, sebuah bar di pojok ruangan penuh dengan berbagai botol minuman keras dan wine.
Kami mulai menyetel lagu-lagu karaoke yang disorotkan pada layar putih itu, minuman keras pun masuk ke dalam perut kami sambil bercanda tawa bersama-sama. Tampak 5 pria yang tanpa pasangan berebutan menarik perhatian para wanita, tak ketinggalan Della pun digodanya. Della tak kalah hot, disambutnya godaan pada pria tersebut dengan balik menggodanya, badannya diliuk-liukan di badan cowok demi cowok yang digilirnya, kadang-kadang dielusnya penis para cowok itu.
Mendekati jam 12, aku berbisik pada Della yang sudah typsy..
“Dell, striptease buat Dino ya?” ujarku.
“Gua ganti baju dulu ya” bisiknya.
“Gua ganti baju dulu ya” bisiknya.
Lalu Della mengajak Vivi keluar ruangan dan kembali beberapa saat kemudian, mengenakan rok mini lebar hanya sampai selangkangan dan potongan pinggul, jadi rok tersebut hanya sekitar 13 cm. Atasannya memakai jacket dari bahan kaus dengan ritz dari atas sampai perut. Apa pun yang dilakukan Della, berdiri atau pun duduk, bulatan pantat bagian bawahnya jelas terlihat yang dibalut G-String tipisnya. Sedangkan Vivi masih dengan pakaian yang tadi.
Vivi meredupkan lampu ruangan, mematikan video tapi proyektor dibiarkan menyala sehingga lampu warna biru menyorot pada layar, mengganti lagu dengan house musik, dan Della mulai bangkit dari sofa sambil menari-nari di tempat, meliuk-liukkan tubuhnya membuat gerakan-gerakan erotis sambil mendekati Dino.
“Gua mau striptease buat hadiah ulang tahun lu, sekalian memenuhi janji gua waktu itu” kata Della. Dino tidak menjawab, malah bengong.
Della maju dan berada di depan layar sehingga lampu proyektor menyinari tubuhnya. Para pria bengong semua, menghentikan kegiatan dan duduk menonton sedangkan para wanita juga menutup mulutnya tidak menyangka kalau Della akan seberani itu. Tapi itu belum seberapa. Della membuka ritz jacketnya perlahan-lahan dan dengan gerakan yang sangat erotis dibukanya jacket itu hingga serta merta terlihatlah apa yang dipakai Della di badannya. Selembar kain sangat tipis transparan yang menyilang dari kedua bahunya menggantung di buah dada, membelit dan terikat di punggung. Tampak jelas bentuk buah dada dengan putingnya yang menonjol.
Tangannya dengan berat merayap dan meremas-remas buah dadanya, lalu diturunkan menjalar ke arah roknya. Dengan satu jentikan, roknya terlepas ke lantai, tinggal menyisakan G-Stringnya. Aku bangkit mengambil setengah segelas XO murni dan memberikan ke Della, diambilnya minuman dari tanganku sambil tangan satunya lagi meremas penisku. Diminumnya setengah gelas sekaligus dan sebagian meleleh dari bibir menyiram dadanya hingga menyebabkan dengan kain tipis yang basah begitu, buah dadanya tercetak dengan jelas.
Aku peluk dan cium Della dan aku buka ikatan kain di punggungnya dan kutarik hingga lepas buah dada Della yang kini tanpa penutup dan terlihat bergoyang mengikuti gerakan tubuhnya. Della berusaha membuka celanaku, tapi aku keburu mundur kembali ke sofa. Della sudah terbakar oleh minuman dan nafsu birahi yang timbul dari dalam dirinya dan aku tahu persis bahwa harus ada lelaki yang menjadi sasarannya, yaitu Dino.
Della meneruskan tariannya dan menarik tepi pengikat G-Stringnya yang berbentuk pita di samping pinggulnya, Della sudah telanjang bulat. Pinggulnya diputar-putar mirip gerakan bersetubuh. Lalu didekatinya Dino.
“Itu hadiah ulang tahun buat Lu, mau bonus?” kata Della.
Tanpa menunggu jawaban Dino, Della berjongkok di hadapan Dino yang sedang meremas-remas Vivi di sebelahnya. Vivi tahu maksud Della, lalu Vivi membantu Della membuka celana Dino dan langsung terlihat penis Dino yang sudah tegang.
Di sisi lain, rupanya para wanita yang semula malu-malu mulai terbakar pula, mereka sedang berpelukan dan berciuman dengan para lelaki, bahkan Maya dengan Olan dan Tito sekaligus sedangkan Ira dijepit oleh oleh Alvin dan Hengky. Di pojok terlihat Ike dekat dengan Steve, tapi tampaknya mereka masih ingin melihat yang akan diperbuat Della selanjutnya.
Della telah mengulum penis Dino, tidak besar, tidak ada kesulitan buat Della untuk memasukkan seluruhnya ke dalam mulutnya, kaki Dino mulai diangkat dan Della mulai menjilati dan menusuk-nusuk anus Dino dengan lidahnya sedangkan Vivi sesekali menjilat penis Dino yang sering dicegah oleh Della karena saat itu merupakan bagiannya, kata Della.
Della memanjat tubuh Dino dan duduk di pangkuannya tapi penis Dino tidak dimasukkan ke dalam vaginanya, melainkan terjepit di antara perut Della dan Dino, tangannya memeluk leher Dino dan bibirnya menjelajahi seluruh wajah Dino, diciumnya bibir Dino dengan panasnya, turun ke leher dan dijilatinya bagian-bagian sensitif dari leher Dino. Pinggulnya yang tetap digoyang-goyangkan membuat gerakan persetubuhan dalam posisi duduk membuat semua orang di dalam ruangan itu terbakar nafsunya
Penisku pun sudah tegang rasanya. Kuraih Vivi ke pelukanku dari belakang yang lalu menyandarkan punggungnya ke dadaku. Kucium bawah telinganya dan kumasukan tanganku meraih buah dadanya. Kubuka BH Vivi hingga terlepas. Tanganku merasakan langsung buah dada Vivi yang besar dan kenyal. Vivi menolak ketika akan kubuka kausnya. Kurasakan ada tangan menjalar ke penisku, kulihat tangan Maya berada di sampingku di atas pangkuan Tito sedang berciuman. Vivi juga mengulurkan tangannya ke belakang memasuki celanaku dan mulai meremas penisku yang mulai menegang.
Sekitar 10 menit Della mengoral Dino, lalu Della mengambil sepotong kue ulang tahun dan duduk di meja, membuka kakinya. Kue ultah tersebut diletakkan di permukaan buah dadanya dan memanggil Dino untuk memakannya. Awalnya Dino menolak, namun Vivi membisikkan dan memegang pundak Dino serta sedikit mendorong, akhirnya Dino menundukkan kepalanya mulai menjilati buah dada Della. Della menarik kepala Dino agar menekan buah dadanya. Dino merasa sudah kepalang tanggung lalu terlihat Dino mulai mengulum buah dada Della dan menghisap putingnya. Della mendesah-desah sambil memutar pinggulnya di atas meja hingga menambah pemandangan erotisnya.
Setelah buah dadanya bersih, Della mengambil sepotong lagi dan diletakkan di permukaan vaginanya sampai vaginanya belepotan.
“Siapa yang mau makan sekalian bersihin ya, tapi jangan Virano, gua mau lidah yang lain..”
Dino yang sudah terbakar, segera berlutut di lantai dan mulai menjulurkan mulutnya mengambil kue ultahnya dan memakannya, lalu lidahnya dikeluarkan menjilati permukaan vagina Della sampai bersih, Della dengan santainya menggunakan kedua tangannya membuka liang vaginanya dan meminta Dino membersihkan yang ada di dalam. Akhirnya Dino memasukkan lidahnya ke dalam vagina Della. Selama 3 menit mereka bermain di sana hingga Della mengerang keenakan. Penis Dino terlihat sudah tegang sejak awal.
Della bangkit dari meja dan melihat Maya yang masih di pangkuan Tito. Didekatinya Maya dan ditariknya untuk menari bersamanya di samping kursi. Maya yang masih berpakaian lengkap tidak dapat menolak. Mereka menari sambil berpelukan dan terlihat Della mulai menelanjangi Maya yang semula menolaknya namun akhirnya menyerah. Tito dipanggilnya. Maya yang terus bergoyang melihat Della mulai membuka celana tito sampai terlepas, tampak penis Tito mulai mengeras tapi belum full.
“May.. Kasian Tito.. Ngacengnya nanggung.. Isep tuh..” kata Della sambil memegang penis Tito.
Maya yang semula menolak akhirnya menggantikan Della memegang penis Tito setelah tangannya ditarik oleh Della dan tangan Tito sudah hinggap di buah dada Maya, lalu mereka duduk dan melanjutkan percumbuannya, terlihat Maya yang sudah terbakar gairahnya langsung berciuman dengan Tito dan tak berapa lama kepala Tito sudah berada di selangkangan Maya.
Terlihat Vivi sedang mengoral Dino dengan semangatnya, sementara Della mendatangi para cowok satu persatu dan ditelanjanginya mereka, penisnya diremas-remas sampai berdiri tegak dan naik nafsunya, Alvin dan Steve malah sampai hampir orgasme, mereka sudah mengerang dan berteriak serta menggoyangkan pinggulnya membuat penisnya terkocok di tangan Della. Tapi Della segera meninggalkan mereka dan tinggallah pada lelaki blingsatan dengan orgasme yang batal dan akhirnya mengerubuti Maya, Ira dan Ike.
Suasana makin panas, Ira dan Ike sudah tidak malu-malu lagi, mereka pun sudah telanjang, Della mengumpulkan dan berbisik-bisik pada ketiga cewek itu sambil tertawa-tawa. Apa lagi rencana Della? Mereka berempat mendatangi Dino yang sedang dioral oleh Vivi. Maya berbisik pada Vivi yang lalu melepaskan penis Dino dari mulutnya.
“Dino.. Ini tambahan hadiah ulang tahun dari kami” kata Maya.
Maya mendekatkan mulutnya ke penis Dino dan mulai mengulum serta mengocoknya. Lidahnya bermain-main di ujungnya. Dino melihat dan membelalakkan matanya tidak menyangka bahwa malam ini ada 5 cewek yang mengoral dia. Selama 2-3 menit Maya mengoral Dino dan digantikan oleh Ira, selama itu juga lalu Ike yang dengan semangatnya mengoral sampai-sampai Dino hampir orgasme kalau tidak dihentikan oleh Della.
Lalu ketiga cewek itu kembali ke arena meninggalkan Dino yang terbengong-bengong. Aku dan Della hanya berdiri memperhatikan Dino. Della masih telanjang sedangkan aku adalah satu-satunya di ruangan itu yang masih berpakaian. Aku dan Della berdansa slow sambil berciuman lalu duduk tanpa memperhatikan mereka lagi.
Begitulah kelakuan Della dengan caranya sendiri menghangatkan suasana dan menelanjangi semua lelaki. Bagi Della memegang atau bahkan mengoral penis lelaki adalah suatu seni dan kenikmatan tersendiri dan merupakan hal yang biasa seperti halnya berciuman, tapi hanya sampai penis lelaki itu berdiri dan mengeras. Della dapat mengetahui kapan saatnya akan orgasme dan penis itu akan ditinggalkannya, namun tidak akan mudah bagi lelaki lain untuk dapat merasakan vagina Della.
“Ada cowo yang tadi siang orgasme tapi spermanya masih di dalam dan sampai sekarang masih kuat ya” bisik Vivi di telingaku sambil tangannya menyusup ke penisku. Rupanya Vivi sudah selesai mengoral Dino, tercium aroma sperma dari mulutnya
“Buat besok” jawabku singkat.
“Gua pengen sekarang, sperma Dino tanggung, dia udah mabok berat sih” kata Vivi.
“Vi, kalau kontol Virano bisa masuk semua ke mulut lu sekarang, spermanya dikasih hari ini, kalau nggak, besok aja” kata Della sambil tersenyum.
“Gua nggak janji ya, tapi gua mau nyoba” kata Vivi sambil tetap meremas-remas penisku yang mulai mengeras lagi.
“Buat besok” jawabku singkat.
“Gua pengen sekarang, sperma Dino tanggung, dia udah mabok berat sih” kata Vivi.
“Vi, kalau kontol Virano bisa masuk semua ke mulut lu sekarang, spermanya dikasih hari ini, kalau nggak, besok aja” kata Della sambil tersenyum.
“Gua nggak janji ya, tapi gua mau nyoba” kata Vivi sambil tetap meremas-remas penisku yang mulai mengeras lagi.
Vivi membuka celanaku dan duduk di kursi, penisku tepat berhadapan dengan wajahnya. Penisku ditarik sedikit dan mulai dimasukkan ke dalam mulutnya. Vivi membuka mulutnya lebar-lebar. Setengah sudah masuk, masih belum terasa mentok, kudorong sedikit, Vivi merapatkan mulutnya menjepit penisku, semakin masuk, tinggal 3 cm di luar, mulai terasa ujung tenggorokan Vivi. Kudorong lagi hingga Vivi tersedak. Vivi mencoba lagi 3 kali, tetap tersedak, akhirnya Vivi menyerah dan meneruskan mengocok penisku dengan mulutnya semampu dia.
Della duduk di sebelahku memperhatikan penisku yang keluar masuk mulut Vivi yang sedang berusaha untuk menyelesaikan perjuangannya menaklukkan aku. Vivi menjilati seluruh batang penisku sampai ke bawah kantung zakarku, kugeser pantatku ke depan sambil kutekan sedikit kepala Vivi sehingga jilatannya mengenai ujung anusku sambil tetap tangannya mengocok penisku.
Kembali penisku dimasukkan ke mulutnya dan dikocoknya sambil lidahnya bermain di ujung kepala penisku. Della mengulurkan tangannya dan memasukkan jarinya ke dalam anusku. Kocokan Vivi makin cepat saat mendengar desahanku yang mulai kencang. Akhirnya aku menyemburkan spermaku di dalam mulut Vivi dan ditelannya sampai habis. Tampak wajah Vivi yang puas karena telah berhasil menaklukan aku.
“Nggak bisa masuk semua ke dalam mulut lu kan? Ada tekniknya, emang tadi sore lu belum diajarin Virano di S?” tanya Della.
“Jahat lu, Della diajarin, kok gua nggak” kata Vivi sambil meremas dan mengocok penisku dengan tangannya.
“Tadi mana sempat, takut ada orang lewat dong..” jawabku.
“Emang kalian main dimana tadi sore?” tanya Della.
“Sauna sama jacuzzi” jawab Vivi.
“Jahat lu, Della diajarin, kok gua nggak” kata Vivi sambil meremas dan mengocok penisku dengan tangannya.
“Tadi mana sempat, takut ada orang lewat dong..” jawabku.
“Emang kalian main dimana tadi sore?” tanya Della.
“Sauna sama jacuzzi” jawab Vivi.
Akhirnya aku naik masuk kamar meninggalkan Della dan Vivi di bawah sementara Dino sudah tergeletak tidur karena mabuk, tidak tahu apa yang terjadi di ruangan sana dengan jumlah yang seimbang antara cowok dan cewek. Aku tertidur sebentar.
Menjelang jam 3 pagi, terdengar pintu terbuka, Della bersama Vivi masuk dalam keadaan telanjang bulat. Della duduk di pinggiran ranjang membelakangiku dan Vivi di kursi sambil menyalakan sebatang rokok putih.
“Vi.. Lu mau ngisep lagi kan?” Della membuka front sambil tangannya merambat ke belakang meraba penisku. Aku membalas dengan meremas buah dada Della yang berada di depanku.
Lalu Della bangkit serta manarik tangan Vivi untuk mendatangiku. Della menciumku dengan ganas dan tangannya menarik tangan Vivi agar memegang penisku. Aku tak tinggal diam, aku berdiri sambil meraih pinggang Vivi, kutarik ke dalam pelukanku sambil kucium bibirnya, lidahku kumasukkan ke dalam mulutnya. Vivi tak kalah panas, lidahnya menyusuri seluruh permukaan bibirku lalu mendorong lidahnya ke dalam mulutku. Lidah kami bertautan. Vivi mulai menjilati leherku. Aku bisiki sesuatu pada Della, lalu dia tersenyum.
Jilatan Vivi mencapai seluruh permukaan leherku, lalu Vivi menarik kausku lewat kepala. Della memeluk Vivi dari belakang sambil meremas-remas buah dadanya. Vivi keenakan sambil memegang tangan Della untuk terus meremasnya. Tangan Vivi turun mengarah ke penisku dan meremasnya. Seketika penisku mengeras.
Sementara tangan Della sibuk meremas buah dada Vivi dari belakang, aku mengelus vaginanya dan mencari clitorisnya, kutekan sambil kuputar-putar jariku memberi rangsangan pada clitorisnya. Vivi semakin liar menciumi tubuhku. Della sudah berjongkok di bawah menarik penisku memasuki mulutnya. Penisku yang belum mengeluarkan sperma sama sekali langsung berdiri dan mengeras di dalam mulut Della, sementara jari tanganku sudah memasuki vagina Vivi, kukocok keluar masuk, kutambah dengan satu jari lagi hingga Vivi menggeliat keenakan.
Vivi mendorong aku duduk di sofa dan dia berjongkok meraih penisku dan mulai menjilati ujungnya sampai seluruh lingkaran kepala penisku. Della tak tinggal diam, dia naik ke sofa, duduk di perut membelakangi aku, sehingga aku melihat punggung dan vaginanya tepat di depan mulut Vivi yang sedang menghisap penisku. Vivi tidak bereaksi melihat vagina Della, lalu Della berbalik dan menyodorkan vaginanya ke mulutku, langsung kutangkap dengan bibir dan lidahku mengorek-ngorek vaginanya.
“Vir.. Enaakh vir.., lebih dalem lagi viir..” desah Della.
Sementara Vivi sudah memasukkan penisku ke dalam mulutnya, cuma masuk setengahnya dikarenakan posisi dudukku yang membuat ruang gerak Vivi menjadi terbatas. Aku berbaring di sofa, sekarang Vivi naik ke sofa, berlutut di antara kakiku dengan mulut yang masih penuh terisi penisku. Kepalanya mulai naik turun sehingga mulutnya mengocok penisku. Dalam posisi ini, pantat Vivi menungging ke atas, lalu Della berjongkok di wajahku dan menekankan vaginanya ke mulutku, aku bermain-main dengan vaginanya, kukorek vaginanya dengan lidahku, kuputar lidahku di dalam vaginanya hingga Della makin kencang menekan vaginanya di mulutku.
Tak lama, Vivi memutar tubuhnya sehingga kami berposisi 69, perputaran Vivi agak mendorong Della sehingga vagina Della yang sedang aku jilati digantikan oleh vagina Vivi. Aku dapat menjilati vaginanya dengan lapang dan Vivi dapat mengulum penisku dengan leluasa. Dalam posisi ini, Della berlutut di belakang kepalaku dan wajahnya diturunkan serta berusaha mencium bibirku.
“Vi.. Lebih dalam lagi..” aku mendesah.
Vivi berusaha untuk memasukkan penisku lebih dalam lagi, namun tetap tidak dapat masuk semua sampai kadang dia tersedak. Lidahku menggapai vagina Vivi, kujulurkan serta kujilat seluruh permukaan vaginanya. Vivi mengerang keenakan. Dalam kesulitan Della mencapai mulutku, akhirnya Della menemukan pantat Vivi di depan mukanya, Della menjilati permukaan pantat Vivi, merambat sampai permukaan lingkaran anusnya, dilingkarinya anus Vivi memakai ujung lidah Della yang tajam. Kedua lubang Vivi diserang oleh lidahku di vaginanya dan lidah Della di anusnya. Lalu Vivi menengadahkan kepalanya melepaskan penisku dari kulumannya.
“Aasschh.. Hhuuhh.. Oocchh.. Viirr.. Apa yang kau lakukan..?” teriak Vivi. Dia menolehkan kepalanya melihat apa yang terjadi.
“Dell.. Ngapain luu .., oocchh.. Enaakkhh..”. teriak Vivi sambil menggelengkan kepalanya.
“Dell.. Ngapain luu .., oocchh.. Enaakkhh..”. teriak Vivi sambil menggelengkan kepalanya.
Mendengar desahan itu, aku dan Della semakin bersemangat, kuputar lidahku di dalam vagina Vivi, Della pun mulai mendorong lidahnya memasuki anus Vivi sedalam-dalamnya dan memutar lidahnya.
“Acchh.. Guaa.. Bisa keluuaar niicchh..” jerit Vivi.
Aku dan Della makin bersemangat lagi, secara bersamaan, aku hisap vagina Vivi dan Della menyedot anus Vivi sekencang kencangnya. Vivi tidak dapat manahan orgasmenya lebih lama lagi hingga dia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil sebelah tangannya meremas-remas buah dadanya.
“Huucchh.. Acchh.. Acchh.. Gua keelluuaarr”
Terasa vagina Vivi makin becek dan cairan vaginanya mengalir di mulutku. Vivi ambruk dengan kepala diselipkan di selangkanganku. Mulutku dan mulut Della yang lepas dari vagina dan anus Vivi bertemu dan aku berciuman dengan Della saling bertaut lidah dan merasakan cairan vagina Vivi.
“Kalian gila ya.., belum pernah gua ngerasa orgasme kaya tadi, sensasinya kaya di ujung langit” ujar Vivi.
“Itu pembukaan dari gua sama Virano, tuh kontolnya masih tegang, tugas lu sekarang” kata Della.
“Itu pembukaan dari gua sama Virano, tuh kontolnya masih tegang, tugas lu sekarang” kata Della.
Lalu Vivi mengambil posisi berlutut di pahaku dan menundukkan kepalanya lagi, menjilati dari pangkal hingga ujung penisku, sementara Della menindih tubuhku dan menurunkan badannya sampai posisi vaginanya berada di perutku dan buah dadanya ada di wajahku. Sementara Vivi mengulum dan menjilati penisku, Della makin menurunkan badannya hingga vaginanya juga berada tepat di wajah Vivi. Dalam posisi seperti ini, Vivi tidak dapat menghindar lagi hingga akhirnya Vivi sesekali juga menjilat vagina Della. Kadang Della menekuk pantatnya hingga jilatan Vivi terkena anusnya. Dalam keadaan ini, konsentrasiku kacau sehingga tidak dapat merasakan nikmatnya dan jauh dari orgasme.
“Dell.. Kontol segede gini susah gua ngisepnya, gua mau liat isepan elo dulu dong” kata Vivi.
Della bangkit berbalik lalu menunjukkan cara dia menghisap. Della memulai dari ujung penisku, bibirnya dilingkarkan di permukaan kepala penisku, ujung lidahnya dipakai untuk membelah garis kecil di sana, lalu Della mulai menyedot perlahan sambil keluar masuk sedikit demi sedikit, sementara tanganku meremas-remas buah dada Vivi dari samping.
“Acchh.. Dell.. Enaak.. Dell..” aku mengerang.
Della mulai beraksi, hampir semua penisku masuk ke mulutnya, tinggal 3 centi lagi. Dia menarik nafas panjang, lalu kembali mendorong mulutnya sampai penisku masuk semua ke dalam mulutnya. Kulihat wajah Vivi terheran-heran melihatnya. Akhirnya Della melepaskan penisku.
“Kok jadi gua yang ngisepin kontol dia, elo dong, nih.. Isep.. Masukin kaya gua tadi” kata Della pada Vivi.
“Gua nggak janji bisa masuk semua ya, gua coba dech” kata Vivi.
“Jadi kontol gua mau dipake buat percobaan ya” protesku.
“Bukan percobaan tapi buat belajar, kontol Dino sih bisa gua telen semua, pinjem ya” kata Vivi.
“Bentar Vi, gua ganjel dulu pantat Virano pake bantal, lu isep kontolnya, gua mau ngisep anusnya” kata Della.
“Gua juga pengen tahu ya gimana tadi lu memperkosa anus gua.. He he he” kata Vivi lagi.
“Gua nggak janji bisa masuk semua ya, gua coba dech” kata Vivi.
“Jadi kontol gua mau dipake buat percobaan ya” protesku.
“Bukan percobaan tapi buat belajar, kontol Dino sih bisa gua telen semua, pinjem ya” kata Vivi.
“Bentar Vi, gua ganjel dulu pantat Virano pake bantal, lu isep kontolnya, gua mau ngisep anusnya” kata Della.
“Gua juga pengen tahu ya gimana tadi lu memperkosa anus gua.. He he he” kata Vivi lagi.
Della menyelipkan kepalanya di antara pantatku dan lutut Vivi, lalu mengangkat kakiku ke atas dan mulailah wajahnya mendekati selangkanganku. Dibukanya belahan pantatku memakai kedua jarinya lalu lidahnya mulai bermain di anusku. Perlahan lidahnya menari-nari di permukaannya, lalu dengan tiba-tiba lidahnya didorong masuk ke dalam anusku.
“Aduuhh Del.. Niikmaat.. Ennaak Del..” jeritku.
Jeritanku menyebabkan Vivi berhenti mengulum penisku, dia melihat bagaimana cara Della bermain dengan anusku dalam jarak yang sangat dekat. Lalu Della memutar-mutarkan lidahnya di dalam anusku, rasa nikmat dan enaknya tidak terhingga. Tiba tiba Della mencabut lidahnya dan langsung menghisap anusku kencang hingga menyebabkan perasaan seakan terbang menggapai kenikmatan.
“Vi, mau coba nggak yang kaya tadi” kata Della.
“Ntar dulu, kontol ini aja belum abis, gua mau coba dulu kaya lu tadi” jawab Vivi.
“Ntar dulu, kontol ini aja belum abis, gua mau coba dulu kaya lu tadi” jawab Vivi.
Lalu Vivi kembali mencoba untuk menelan penisku sampai sedalam-dalamnya, Della mengajari untuk melonggarkan lehernya agar penisku mencapai tenggorokannya. Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya Vivi berhasil sampai bibirnya menyentuh dasar penisku.
Bagai anak kecil yang mendapat mainan baru, Vivi terus bermain dengan penisku, semakin lama semakin lancar menelan penisku sampai akhirnya Vivi bisa mengocok penisku sampai ke dasar dengan mulutnya yang berarti keluar masuk tenggorokannya. Lalu Vivi mulai membuka belahan pantatku dan menempelkan lidahnya di luar anusku, mula mula hanya dicium lalu dijilatnya memutar.
“Lidah lu dikerasin, lalu dorong masuk ke dalam” kata Della. Vivi mencoba, namun belum senikmat Della, setelah beberapa kali mencoba, akhirnya Vivi bisa juga.
“Sekarang saat lidah lu di dalem, puter lidah lu, lu poles sekitar dinding dalam anusnya” perintah Della dan Vivi mencobanya. Tidak ada kesulitan mengerjakannya.
“Sekarang lu cabut tapi sekaligus lu sedot yang kenceng” perintah Della lagi. Vivi mencobanya tapi berkali-kali gagal. Akhirnya Vivi menyerah.
“Lu berdua memang gila ya, gua banyak belajar hari ini, baru pernah gua orgasme seperti tadi, ntar gua praktekin ke Dino” kata Vivi.
“Sekarang saat lidah lu di dalem, puter lidah lu, lu poles sekitar dinding dalam anusnya” perintah Della dan Vivi mencobanya. Tidak ada kesulitan mengerjakannya.
“Sekarang lu cabut tapi sekaligus lu sedot yang kenceng” perintah Della lagi. Vivi mencobanya tapi berkali-kali gagal. Akhirnya Vivi menyerah.
“Lu berdua memang gila ya, gua banyak belajar hari ini, baru pernah gua orgasme seperti tadi, ntar gua praktekin ke Dino” kata Vivi.
Kulihat Vivi sambil duduk menggesek-gesek clitorisnya sendiri, tampaknya dia belum puas dan minta tambah. Kutarik dia dan kuminta dia menungging berpegangan pada sandaran ranjang. Lalu aku duduk di belakangnya. Kumasukkan dua jariku ke dalam vaginanya dan kukocok-kocok perlahan hingga Vivi mengerang.
“Oochh.. Aacchh..” rintihnya.
Perlahan kujilat anusnya lalu kukorek-korek lubangnya. Kulakukan seperti apa yang dilakukan Della padanya dan pada Vivi tadi. Pada dasarnya aku dan Della punya kesamaan yaitu sangat menyukai anus tapi bukan sodomi karena di sekitar anus itulah terletak banyak sekali ujung-ujung syaraf yang membawa kenikmatan tiada tara, jadi kami hanya menggunakan lidah dan mulut untuk menjilat dan menghisap, dimana teknik serta cara kami hampir sama.
Della menarik pantatku sehingga aku berlutut di sofa dan kembali Della bermain-main dengan anusku, sementara aku arahkan penisku ke lubang vagina Vivi dari belakang hingga Vivi mengerang keenakan.
“Aach.. Teruus viir.. Teekaan.. Lebih dalem Viirr..” Desah Vivi. Langsung aku tancap dengan kecepatan tinggi, aku tahu bahwa Vivi sebentar lagi orgasme, aku tak mau menunda lagi.
“Oocch.. Oocch.. Gua kelluuearr..” jerit Vivi, tangannya mencengkeram sandaran ranjang.
“Truuss Viir.. Jangan berhenti.. Gua juga hampir..” desahku.
“Oocch.. Oocch.. Gua kelluuearr..” jerit Vivi, tangannya mencengkeram sandaran ranjang.
“Truuss Viir.. Jangan berhenti.. Gua juga hampir..” desahku.
Aku tekan sedalam-dalamnya dan aku kedutkan ototku sampai Vivi menjerit kecil untuk tiap kedutannya karena spermaku membentur dinding vaginanya. Lalu Vivi roboh lunglai ke ranjang sementara Vagina Vivi masih tepat menempel di wajah Della, ternyata Della sudah menyelipkan kepalanya di bawah Vivi sehingga dapat melihat dengan jelas penisku yang keluar masuk vagina Vivi.
Della menarik penisku lalu dihisap dan menjilatinya sampai bersih, karena posisi mulut vagina Vivi tepat di atas mulut Della, waktu Della menjilati penisku, terlihat spermaku meleleh keluar dari vagina Vivi dan menetes tepat di bibir Della lalu Della menjilati sekeliling vagina Vivi untuk membersihkan sisa spermaku yang meleleh keluar.
Kemudian kami bertiga lunglai dan tertidur dalam kepuasan yang luar biasa.
E N D
0 comments:
Post a Comment