Prancis bukanlah 'Ayam Jantan' lagi

Bloemfontein - Satu dasawarsa lalu Prancis adalah tim yang disegani dan ditakuti karena prestasi dan segudang pemain hebatnya. Kini masa indah itu lewat sudah karena Les Blues tengah mencapai titik nadirnya.

Titel Piala Dunia 1998 yang dilanjutkan gelar Piala Eropa dua tahun berikutnya membuat Prancis saat itu menjadi tim terkuat boleh dibilang di atas Brasil, Argentina, Jerman atau Italia. Apalagi dua gelar Piala Konfederasi 2001 & 2003 menguatkan predikat itu.

Tak hanya soal prestasi, Prancis pun saat itu dipenuhi banyak pemain berbakat yang boleh dibilang adalah generasi emas persepakbolaan Negeri Mode itu. Dipimpin Zinedine Zidane, Prancis menguasai persepakbolaan dunia dengan Patrick Vieira, Lilian Thuram, Claude Makelele, Marcel Desailly, David Trezeguet, Fabien Barthez, dan Thierry Henry.

Walau pun sempat tak lolos dari babak grup Piala Dunia 2002 namun publik tak hilang pujian serta apresiasi karena menganggap saat itu hanyalah kesialan Prancis. Namun kemunduran Prancis itu boleh dibilang sejak direkrutnya Raymond Domenech usai Piala Eropa 2004.

Saat itu publik lokal banyak yang meragukan kapasitas Domenech yang hanya berpengalaman menangani Prancis U-21 serta Lyon selama tiga tahun. Apalagi kebijakan Domenech memilih pemain berdasarkan zodiak mendapat kecaman banyak pihak. Robert Pires jadi korban pertamanya di mana Pires tak pernah lagi masuk ke timnas sejak era Domenech.

Piala Dunia 2006 adalah ujian pertama Domenech dan pelatih usia 58 tahun itu sukses melaluinya dengan membawa Prancis ke final. Kekalahan dari Italia disebut-sebut karena kartu merah Zidane akibat terprovokasi Marco Materazzi.

Asa tinggi pun disematkan pada Domenech yang diprediksi bisa membawa Prancis ke masa kejayaannya seperti di akhir tahun 90-an. Namun fans 'Tim Ayam Jantan' lupa keberhasilan timnya ke final Jerman 2006 saat itu karena Domenech meminta Zidane, Thuram dan Makelele yang sudah pensiun untuk kembali ke timnas.

Pemanggilan itu bisa diartikan sebagai buah lambatnya regenerasi pemain di tubuh tim Prancis. Dan benar saja hasilnya baru ketahuan saat Prancis mengikuti Piala Eropa 2008 di mana mereka tersingkir di babak grup.

Protes meminta Domenech mundur pun berhembus kencang namun FFF (PSSI-nya Prancis) masih bersikukuh mempercayakan Domenech menangani Prancis di Pra Piala Dunia 2010.

Tak ayal keraguan pun makin besar setelah Prancis terseok-seok di kualifikasi dan hampir tak lolos di fase playoff kontra Republik Irlandia karena gol kontroversial William Gallas. Apalagi pemilihan pemain untuk skuad Piala Dunia dikritik karena Domenech tak mengikutkan Karim Benzema dan Samir Nasri.

Puncak semua keterpurukan akhirnya terjadi juga saat Prancis tak lolos dari fase grup di Afrika Selatan 2010. Mereka kalah bersaing dengan Uruguay, Meksiko dan Afrika Selatan setelah hanya jadi juru kunci dengan satu poin.

Bukan itu saja buruknya performa Prancis ditambah dengan kondisi internal tim yang runyam menyusul ditendangnya Nicolas Anelka dari tim karena memaki Domenech, mosi tak percaya pemain kepada pelatih, pemboikotan latihan dan mundurnya direktur teknik FFF.

Dengan segala catatan buruk itu boleh dikatakan persepakbolaan Prancis sedang mencapai titik nadirnya. Tak membayangkan rasanya para pemain itu kembali negaranya dengan siap menerima caci maki dari pendukungnya.

Bahkan banyak yang menganggap Prancis kini bukanlah 'Ayam Jantan' lagi melainkan sudah jadi 'Ayam Sayur'. Nasibmu oh Prancis!

0 comments:

Post a Comment

 
© 2015 Gado-Gado Crito | Blogger.com